16 Jan 2012

Dunia Proyek

Berdasarkan beberapa referensi buku manajemen proyek, dapat diartikan bahwa Project adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu (unik alias tiap proyek itu deliverablenya beda beda) yang dibatasi oleh waktu (ada awal ada akhir), dibatasi biaya (ada batasan anggaran) dan dibatasi sumber daya (organisasi tertentu). Semasa remaja saya seperti terdoktrin sama lingkungan kalau "setiap orang yang bekerja diproyek pasti duitnya banyak, gagah dengan seragam proyeknya, lulusan tukang insinyur, jarang pulang kerumah dan sekali pulang pasti membawa banyak duit. Masih jaman idealis soal pekerjaan, saya selalu membayangkan menjadi pengawas proyek yang gagah dengan seragam dan helm proyek, sepatu safety shoes dan kaca mata hitam tapi realitas hidup harus diterima, pertama kali lulus sebagai tukang insiyur saya malah dapat rejeki menjadi MT disalah satu pabrik korek api. Galau tingkat rendah antara kerja dipabrik atau untuk sementara tetap jadi pengangguran hehehe karena umur sudah semakin tua dan malu rasanya kalau harus setiap saat mengemis sama sodarasodara untuk bertahan hidup diperantauan akhirnya saya memutuskan saja menjadi MT dipabrik korek api. Tiap weekend saya mendapat kesempatan untuk berlibur dan bertemu dengan teman-teman seperjuangan yang masih bertahan dimalang dan saya selalu disapa dengan istilah "juragan korek api". Oia..secara garis besar pabrik dimana saya bekerja : 95% pekerjanya ibu-ibu, tukang insinyur masih sangat langka, diskriminasi pekerja dengan staff sangat ekstrim dan yang masih jelas dalam ingatan saya adalah "setiap saya melewati pekerja mereka begitu hormat dan sungkan sama yang namanya tukang insinyur, satu lagi saya bekerja didua pabrik dengan dua pimpinan dengan karakter yang sangat ekstrim satu dengan yang lain. Bos yang satu selalu membuat saya gerah dengan "panggilan djancoknya" dan bos yang satunya juga selalu membuat saya gerah "dengan wajahnya tanpa ekspresi dan selalu menanyakan inovasi-inovasi terbaru dari teknologi korek api. Perlatan pabriknya hampir 100% masih manual dan mesin-mesin jaman bahela sehingga saya selalu terdiam setiap ditanya oleh bos "apa inovasi terbaru menurut anda untuk meningkatkan penjualan korek api kita?". Mess tempat tinggal saya dikelilingi oleh pabrik sehingga secara garus besar pemandangan sekitar tidak begitu menyenangkan. Ada beberapa bagian proses pembuatan korek api yang sangat tidak saya minati "saya lupa namanya" tapi itu bagian pengeringan dimana ruangannya penuh dengan debu, panas dan gerah. Begitulah sekilas mengenai pabrik korek api tersebut. Ternyata saya termasuk tukang insinyur yang tidak bertahan lama dengan kondisi yang tidak saya sukau, mungkin karena sapaan teman-teman yang kurang bergengsi atau jabatan yg tidak ada istilah Engineer atau mungkin karena "sapaan djancok" dari bos yang selalu membuat saya gerah "Saya putuskan untuk resign dan mencoba rejeki ditempat lain"
Tanpa saya rencanakan tawaran nyangkul didunia proyek pun datang. Pada saat test seleksi tahap pertama saya langsung sadar diri "kalau memang saya termasuk orang yg tidak rajin mempelajari hal-hal lain sewaktu kuliah" saya mulai tidak percaya diri ketika disuruh menyiapkan beberapa hal yang agak asing bagi saya, sebut saja : S-Curve, Barchart, Milestone, Project Detail Schedule, Weight Factor. Hanya karena faktor rejekilah saya mendapat kesempatan pertama nyangkul di proyek, aceh lhokseumawe menjadi ajang uji nyali saya dan selama dua tahun mendapat banyak kesempatan untuk belajar berbagai hal sebut saja : karakter orang-orang proyek, budaya daerah aceh dan tentunya makanan khas aceh. Pengalaman yang cukup berharga dan tidak akan terlupakan sampai detik ini. Proyek bisa berakhir tetapi kenangan dengan semua cerita yang sudah berlalu tetap tak terlupakan. Bekerja dengan tim proyek dari berbagai latar belakang pengalaman, usia, karakter dan juga lingkungan lhokseumawe yang belum aman dari gejolak pertikaian politik menjadi nilai plus tersendiri karena setiap saat bahaya mengancam disitulah kepasrahan saya sama Tuhan semakin besar. Saya wajib sangat bersyukur karena melewati masa kontrak kerja dengan sehat jasmani dan rohani. Seiring dengan akan selesainya proyek tentunya sumber daya yang dibutuhkan juga akan semakin berkurang. satu persatu tim proyek mulai berkurang alias terminasi, bagi saya terminasi punya nilai tersendiri yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata karena perasaan akan lebih cenderung mendominasi pikiran kita daripada logika berpikir seorang tukang insinyur. Saya kadang tidak sadar kalau saya sedang dalam "proyek" yang punya batasan waktu alias proyek selesai maka organisasinya juga akan segera bubar. Seharusnya sebagai seorang tukang insinyur harus pakai logika bahwa saat itulah saya harus meningkatkan strategi penjualan kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik tapi pada nyatanya perasaan saya lebih dominan. Mulai galau tingkat rendah dan sedih tak beralasan karena saya akan kehilangan komunitas yang saya jalani selama ini, saya akan berpisah dengan sodara-sodara anak daerah, saya akan berpisah dengan tukang insinyur yang lain dan tentunya saka akan kembali berjuang untuk mendapatkan status sebagai kuli tukang insiyur alias pekerja. Dunia proyek memang benar adanya, ada permulaan dan ada akhirnya, ada batasan waktu dan ada pengalaman pertama bekerja diproyek ini akan berakhir, tentunya selama Tuhan masih ijinkan saya bekerja maka saya sudah akan siap memasuki babak-babak baru pada proyek yang akan datang. Dunia proyek tak akan pernah kehabisan cerita, saya akan selalu punya cerita tentang semua yang terlibat pada proyek yang saya tangani dan demikian juga proyek itu sendiri akan punya cerita tentang diriku. Saat itu saya sedang berpikir apakah mungkin saya akan memasuki proyek baru dengan budaya yang sama? dan pada nyatanya "saya memasuki babak selanjutnya dan tidak ada yang sama sedikitpun tentang itu.."  

dalam kenangan PIM-2 Project dengan status tenaga kontrak tukang insinyur